Hari Raya Idul Fitri 1436
H sudah
berlalu, tapi kesan dan kehangatannya masih terasa. Iklan di tv masih
mengucapkan selamat Idul Fitri, berjumpa dengan teman lama masih maaf-maafan.
Yang paling kentara adalah kue-kue di meja masih bersisa, peninggalan hari nan
fitri.
Selain mudik yang menjadi ciri khas di Idul Fitri, ada hal lain yang seolah
telah menjadi “tools” wajib dalam hari besar umat Islam ini, yaitu kue
lebaran. Jenisnya yang beraneka macam kerap menghiasai meja tamu di tiap rumah.
Ada yang sengaja bikin sendiri, tak jarang juga yang beli kiloan karena ga mau
repot.
Salah satu jenis kue yang “wajib” ada, dan merupakan ikon lebaran adalah rangginang atau rengginang. Kue berbahan dasar ketan ini memang terkenal dan telah menjadi ciri khas di masyarakat di waktu-waktu hari besar, terutama di masyarakat Sunda. Rangginang ada yang asin ada juga yang manis.
Kalau orang kota yang mudik ke kampung halaman pasti akan menemukan rangginang
ada di hampir tiap rumah penduduk yang kita kunjungi. Setiap masuk berkunjung
ke sebuah rumah, akan disuguhi rangginang, masuk lagi ke rumah yang lain ketemu
rangginang, masuk ke rumah lain lagi, rangginang lagi.
Ada yang menarik dari “tabiat” rangginang ini, dia akan pantas disajikan
dalam wadah apapun! Toples kaca, toples pastik, piring, malah kaleng biskuit
Khong Guan pun telah menjadi “istana” sang rangginang ini di kala lebaran. Takheran
bermunculan meme tentang kaleng biskuit Khong Guan yang isinya rangginang,
dengan kalimat, “ Hati-hati penipuan di hari lebaran, Khong Guan berisi Rangginang”.
Ada-ada saja
Salah satu meme yang bikin senyum |
Tapi di lebaran kali inipun saya menemukan momen lucu juga tentang rangginang
ini. Ini terjadi di rumah mertua. Di meja tamunya, sebagaimana meja-meja tamu
rumah yang lain, pasti ada kue-kue lebaran. Salah satunya adalah rangginang.
Yang menarik adalah si rangginang itu tidak menempati kaleng biskuit Khong Guan
sebagaimana biasanya, tapi menempati ember mungil bertutup bekas tempat Tape
Ketan Kuningan.
Ember mungil berwarna orange itu masih ada label produksinya. Saya ingat,
itu adalah ember bekas tape ketan oleh-oleh dari Kuningan yang dibawa teman
saya yang memang orang Kuningan.
Sontak saya dan istri ketawa melihat “ulah” si rangginang ini. Istri
berujar, mungkin dia bosen dengan kaleng biskuit Khong Guan yang telah
ditempatinya selama bertahun-tahun. Saya tersenyum mendengarnya.
Sang Penakluk dengan istana barunya |
Saya malah membayangkan si rangginang itu Sang Penakluk. Setelah menaklukan
dan menduduki kaleng biskuit Khong Guan kini dia merebut dan menduduki ember
Tape Ketan Kuningan. Rangginang Sang Penakluk. Hehehe..
Sepengatuan saya, rangginang adalah tipe kue yang selalu ada di saat-saat
yang membahagiakan. Seperti pernikahan, syukuran, khitanan, dan lebaran.
Kerenyahan rasanya menghadirkan suasana ceria dan kehangatan. Bunyi kriuk-nya
menghidangkan sensasi kesederhanaan yang tulus. Itulah mungkin kenapa
rangginang selalu ada di setiap lebaran juga momen-momen membahagiakan.
Sembari menikmati kriuk dan renyahnya yang membahagiakan. Sambil menatap
istana barunya Rangginang Sang Penakluk, ember Tape Ketan Kuningan, izinkan saya
dan keluarga mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul
Fitri 2015 / M 1436 H. Taqaballahu minna wa minkum, minal aidzin wal
faizin Mohon maaf lahir dan bathin”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>