Takada kejadian
kebetulan. Semuanya sudah tertulis di Lauh Mahfuzh. Itu mungkin kata-kata Syar’i
yang singkat bilamana kita menemukan suatu kejadian yang memancing keheranan
kita. Iya, sih. Tapi kadang tetap aja menjadi pemikiran yang mengundang decak
kagum, atau malah senyum simpul.
Persis yang saya
alami pagi ini, hari ini. Saya berangkat ngantor dari Lembang, meskipun sudah
dua bulan hijrah ke Bandung Kota. Kemarin cuti nganterin Hasya, si sulung ingin
liburan di rumah neneknya di kawasan Cikole Lembang. Kami berangkat sekeluarga;
saya, istri, Hasya dan Danish. So, saya cuti hari Kamis kemarin.
Kejadiannya
bermula Kamis pagi, ketika bersiap berangkat ke Lembang. Eman Sulaeman, sahabat
saya yang seorang penulis dan tinggal di Lembang sms,
“ Kang, berangkat
jam berapa? Saya mau titip buku buat pak Syamsu”
Sepertinya dia
belum tahu kalau saya sudah pindah ke Bandung. Tapi sengaja saya tidak kasih
tahu dia, toh sekarang juga saya mau berangkat ke Lembang. Saya balas sms-nya,
“ Besok aja kang,
hari ini kebetulan saya cuti”.
Saya tidak kasih tahu dia, kalau saya cuti ke
Lembang dari Bandung.
Singkat cerita,
esoknya ketika berangkat ngantor, kami ketemuan di dekat monumen pesawat di
bilangan SESPIM. Kang Eman – saya memanggilnya – menitipkan 4 eksemplar buku
terbaru dia buat pak Syamsu, dan menghadiahi 2 eksemplar buku dengan judul yang
berbeda buat saya. Jatah preman katanya. Hadiah dari Eman
Setelah “transaksi”
beres dan mengucapkan nuhun dan salam, sayapun meluncur. Melintasi jalan-jalan
yang biasa saya lewati ketika saya masih tinggal di Lembang. Melihat kabut,
embun, kebun-kebun sayur, dan eksotisme Bandung dari tanjakan Mekarwangi yang curam. Nostalgia.
Ternyata, hadiah
dari Eman berlanjut di kantor. Meski bentuknya lain, dan si pemberinya lain
orang tapi memiliki sama yang persis;
Eman Sulaeman!
Ya, Eman yang ini
adalah teman sekantor saya. Dia menghadiahi saya setoples bakso sapi bikinan
istrinya. Yummiii... Katanya sih, itu daging sapi kurban Idul Adha kemarin. Tak
apalah, asal halal dan ridho yang ngasihnya. Beribu terima kasih saya haturkan.
Buku dan Bakso sapi. Hadiah dari Dua Eman Sulaeman |
Sampai di situ,
sekitar sejam, saya belum menyadari keajaiban ini – kesamaan nama – si pemberi
hadiah. Hingga saya selesai wudhu hendak solat dhuha, baru saya menyadari
ternyata kedua nama pemberi hadiah itu sama persis; Eman Sulaeman! Subhanallah!
Kagum bercampur
geli, saya jadi senyum- senyum sendiri. Kok bisa ya? Tapi, sebagaimana awal
tulisan saya, tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua telah digariskan,
semua telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Pun, dengan kejadian pagi ini. Ketika
di hari yang sama, di pagi yang sama saya mendapatkan hadiah dari dua orang
yang berbeda tapi memiliki nama yang sama persis.
Hingga tulisan
ini saya buat, belum banyak hikmah yang bisa saya kuak dari peristiwa lucu nan
ajaib ini, selain segalanya telah tertulis di Lauh Mahfuzh, dan rasa syukur
memiliki sahabat-sahabat yang baik dan senang berbagi ilmu. Mungkin inilah
salah satu nikmat terbesar dalam hidup saya.
Semoga,
kebaikan-kebaikan ini akan terus terjalin dan terjadi. Aamiin
Wah, Pak Eman kasih bakso! Baru tahu :-P
BalasHapusiya pak, emang sebelumnya pernah bilang istrinya lg bikin bakso sapi, tapi gak nyangka aja sy bakal kebagian. Alhamdulillah
BalasHapusAlhamdulillah bisa berbagi meski tidak terlalu banyak....Syukur alhamdulillah bisa dinikmati ...
BalasHapusiya pak Eman, makasih ya. Ditunggu kiriman selanjutnya hehe
Hapus