The Martian
adalah film yang saya review kali ini. Film ini saya tonton kemarin ketika
menghabiskan libur panjang di Lembang. Daripada kemana-mana yang macetnya minta
ampun, mending nonton film deh. Film ini saya beli di tukang DVD selepas pulang
kerja. Bajakan? Pasti. Hehehe, tapi lumayan bagus sih.
The Martian
film bergenre sci-fi atau fiksi ilmiah. Film ini diangkat dari novel laris
berjudul sama karya Andy Weir. Saya memang suka film genre sci-fi. Pertama
lihat film seperti ini tuh dulu zaman saya SMU, judulnya CONTACT. Yang main
Jodie Foster dan Matthew McCounaghey. Terus saya suka film The Gravity, terus
lagi Interstellar. Nah, yang terbaru ini, yang kemarin saya tonton adalah The
Martian.
Menurut saya
ada kemiripan antara The Martian dan Interstellar. Bukan hanya setting luar
angkasa dan alam semesta, tapi pemain dan ceritanyapun ada kesamaan. Matt Damon
dan Jessica Chastain yang sama-sama main di Interstellar kini beradu akting
juga di The Martian. Mungkin karena akting mereka bagus di Interstellar maka
sutradara The Martian ngajak mereka buat gabung di The Martian. Meureun eta
oge.
Jika dalam
Interstellar misinya adalah mencari planet lain yang mirip bumi guna
menyelamatkan spesies manusia dari kepunahan, The Martian menceritakan para
astronot dan manusia bumi lainnya berusaha bersama-sama menyelamatkan seorang
manusia yang tertinggal di Mars.
Dalam The
Martian, diceritakan Mark Watney (Matt Damon) ditinggal sendirian oleh
teman-temannya - para peneliti, di
planet Mars. Mark dianggap tewas tersapu badai Mars dan tidak bisa terevakuasi
oleh teman-temannya. NASA-pun mengumumkan kematiannya dan melakukan pemakaman
simbolik.
Padahal Mark
masih hidup. Setelah siuman dari pingsan dia kembali ke kamp yang di sebut
hab/habitat, tempat dia dan rekannya berlindung selama di Mars. Hab ini
dilengkapi dengan pasokan oksigen, air dan listrik, juga persediaan makanan.
Mark menyadari
bahwa dia sendirian di Mars. Teman-temannya tidak mengetahui bahwa dia selamat.
Orang-orang bumi kalaupun tahu dia masih hidup dan ingin menyelamatkannya, maka
butuh waktu empat tahun untuk sampai di
Mars. Dia mulai berhitung dengan keadaan. Menghitung persediaan makanan, air,
listrik, dan oksigen. Ternyata makanan hanya cukup untuk 10 bulan.
Hidup sendiri di Mars, kebayang. |
Mark adalah
seorang botanis (ahli tanaman), sayangnya sekarang dia berada di Mars. Sebuah
planet tandus yang tidak mungkin tanaman tumbuh. Mark sadar insting bertahan
hidup saja tidak cukup, harus ditunjang dengan sains.
Dengan segala
persediaan dan peralatan yang ada Mark membuat alat yang bisa memproduksi air,
meski sedikit. Mark mengangkut tanah Mars ke dalam hab, dan mengubah sebagain
ruangan hab menjadi kebun dan menanaminya dengan kentang. Meski awalnya gagal,
tapi kentang - kentang yang ditanam Mark pada tanah Mars yang digemburkan
lambat laun tumbuh dan bertunas. Setelah beberapa sol (saya tidak tahu hitungan
sol di sini apa, apakah hari, minggu, atau bulan) kentangpun dipanen. Mark
bersorak bahagia dan berujar bahwa dia adalah botanis terbaik di planet Mars
(emang ada orang lain lagi gitu?).
Membuat kebun kentang di dalam Hab |
Salah satu yang
saya suka dari film-film fiksi luar angkasa seperti ini adalah pada saat
penggambaran luar angkasa. Kita bisa melihat mereka (Hollywood) begitu bisa
menggambarkan ruang alam semesta yang sangat luas (sayangnya dalam The Martian
eksplorasi keindahan semesta tidak sebanyak Interstellar dan Gravity).
Bermiliar bintang dan planet. Bumi begitu kecil bila dibandingkan dengan
semesta. Merinding saya ketika melihat scene itu. Miliaran atau mungkin
triliunan planet dan bintang yang bertebaran di alam semesta ini, mungkinkan
kita hanya sendiri?
Padahal shootingnya banyak di ruangan |
Kembali ke
film The Martian. Meskipun film ini agak-agak lebay menurut saya, bagaimana
tidak, seisi planet bumi mengerahkan sumberdaya manusia dan sains
"hanya" untuk menyelamatkan satu orang yang tertinggal di Mars. Tapi
setidaknya film ini mengajarkan tentang bagaimana kemanusiaan dan sains bisa
berjalan beriringan. Apalah arti sebuah kemajuan dalam bidang sains jika kemudian
keberadaannya justru mengorbankan manusia, meski hanya satu orang.
Dalam karakter
Mark, kita bisa belajar semangat hidup, pantang menyerah, inovasi, dan
keberanian menghadapi resiko yang tak terbayangkan. Mark menggabungkan semangat
bertahan hidup dengan inovasi sains. Dua modal itulah yang membuat Mark tegar
bertahan.
Film ini
sangat recommended menurut saya, meski alurnya lambat, tapi banyak pelajaran
dan pesan yang dalam yang bisa kita dapat. Tak salah IMDB mengganjar dengan
rate 8.2
Dari The
Martian setidaknya kita masih bisa mempertanyakan tesis Thomas Hobbes, homo
hommoni lupus, manusia adalah serigala untuk manusia lainnya. Dari The Martian
kita masih bisa melihat hati nurani bicara, tidak selalu saintis. Dari The
Martian kita sadar, dalam semesta yang luas tanpa batas ini, kita adalah
keluarga. Selamat menonton!
Film rame nih
BalasHapusyoi coi, tentunya. Tapi bagusan Interstelar sih
Hapus