Menikmati sore hari menunggu bedug Magrib dengan
berjalan-jalan ke kandang sapi perah memang sangat mengasyikan. Ngabuburit saya
hari ini tidak jauh-jauh dari rumah, cukup jalan beberapa meter ke belakang
rumah. Di sana terdapat kandang sapi perah milik kakak ipar saya. Sebagaimana
kandang sapi milik penduduk yang lain, lokasi kandang sapi tidak begitu jauh
dari rumah.
Daerah Lembang, sebagaimana daerah pegunungan yang berudara
dingin, selain penduduknya berprofesi sebagai petani sayur tapi juga berternak
sapi perah. Hampir tiap keluarga memiliki sapi perah, minimal satu ekor sapi.
Harga sapi perah yang sudah balig berkisar 4 - 7 juta rupiah, sedangkan yang bunting bisa
mencapai belasan juta rupiah. Tapi penduduk di sini kebanyakan memiliki sapi
perah bukan karena membeli bibit, tapi karena upah mengurus sapi bibit. Maksudnya
begini, misalnya saya membeli sapi yang sudah balig terus sapi tersebut
dipelihara oleh tetangga saya. Jika kemudian sapi tersebut beranak maka anak
sapi tersebut kepemilikannya dibagi dua, separuh milik saya, separuh lagi milik
tetangga saya yang mengurus sapi itu. Kalau anak sapinya dua maka masing-masing
dapat satu ekor, tapi kalau anak sapinya cuma satu maka kepemilikannya
separuh-separuh. Bagitu seterusnya, hingga anak sapi pertama beranak lagi, dan
beranak lagi. Dari sistem bagi paruh itu, yang tadinya tidak punya sapi jadi
punya sapi. Yang tadinya buruh ngurus sapi jadi pemilik sapi.
Seorang peternak usai mencari rumput (Foto:Ahmad) |
Berternak sapi perah gampang-gampang susah. Butuh ketelatenan
juga keuletan. Para peternak sapi perah pada umumnya sangat sulit bepergian
jauh. Mereka sangat terikat dengan sapi perahnya itu. bagaimana tidak, sapi
perah memiliki jadwal makan dan perawatan seperti manusia, tiga kali sehari
mesti dikasih makan, kandangnya mesti dibersihkan minimal dua kali sehari,
diperah susunya dua kali sehari, belum lagi kalau pakannya sudah habis maka si
peternak mesti mencari rumputnya.
Jejeran kandang sapi warga (Foto:Ahmad) |
Apalagi kalau sapinya sedang menyusui, yang artinya sapi
perahan, maka perawatannya mesti ekstra. Tiga kali sehari tuh sapi mesti
diloloh. Diloloh adalah bahasa peternak sapi, artinya memberi makanan tambahan
buat sapi yang sedang menyusui. Adapun lolohan itu terdiri dari ampas tahu
(ongok) yang dicapur dengan mako (bekatul). Dua bahan itu dicampur dengan air
kedalam ember atau baskom kemudian diberikan ke sapi perahan. Lolohan sangat
membantu sapi dalam meningkatkan produksi susunya.
Sore ini, saya berkunjung ke kandang Pak Oha, kakak ipar
saya. Pak Oha memiliki empat ekor sapi perah. Yang sedang produksi susu dua
ekor, yang sedang hamil satu ekor, dan yang anakan satu ekor.
Ketika saya datang, Pak Oha sedang memerah susu kedua sapi
perahnya. Kandangnya cukup resik dan luas.Di kalangan peternak sapi Pak Oha
terkenal sebagai peternak yang rajin dan telaten. Luas kandang sekitar 7 x 5 meter, dengan dua
kamar yang masing-masing kamar berisi dua ekor sapi. Di depan kandang sapi
sengaja ditanami Tiwun, sejenis rumput gajah.
Dalam sehari Pak Oha memerah sapi dua kali, pagi dan sore. Pagi hari sekitar jam 5 pagi beliau sudah ke kandang. Membersihkan kandang dari kotoran sapi. Kotoran sapi tidak dibuang sembarangan, tapi ditampung dipenampungan khusus, ketika sudah kering bisa dijadikan pupuk. Setelah membersihkan kandang Pak Oha memandikan sapi, pertama dengan air dingin, kemudian dengan air hangat. Tujuannya adalah supaya sapi menjadi bersih ketika diperah, jadi tidak ada kotoran yang jatuh ke dalam susu perahan.
Tanaman Tiwun (Foto: Ahmad) |
Ketika memerah susupun ternyata tidak sembarangan lho! Ada
cara-cara khusus agar si sapi tidak merasa sakit dan memberontak. Bagi yang
tidak terbiasa maka memerah sapi akan begitu sulit, memerlukan tenaga yang
besar, yang akibatnya si sapi tidak nyaman dan berontak. Saya pernah
mencobanya, ternyata susah sekali. Jari-jari tangan saya tidak terbiasa menarik
puting-puting susu sapi.
Dalam sekali perah Pak Oha mendapatkan 8 - 15 Liter. Hasil
perahan di waktu pagi biasanya lebih banyak bila dibandingkan perahan di waktu
sore. Mungkin karena kalau malam si sapi beristirahat jadi produksi susunya
banyak.
Susu hasil perahan kemudian dimasukan ke Bees, yaitu semacam
tempat susu yang terbuat dari aluminium. Bees yang sudah terisi susu kemudian
dibawa ke koperasi penampungan susu untuk dileter. Para petani yang menyetorkan
susunya adalah anggota koperasi penampungan susu tersebut. Ketika mereka
menyetor susu ke koperasi, maka ada petugas yang mencatat perolehan susu tiap
peternak saat itu. Para peternak sapi itu akan dibayar dua minggu sekali sesuai
perolehan susu selama dua minggu.
Setelah dileter susu kemudian dimasukan ke mobil tanki (Foto: Ahmad) |
Susu hasil perahan peternak itu kemudian diangkut dengan
mobil tanki khusus susu dan dibawa ke koperasi pusat yang ada di pasar. Mungkin
selanjutnya dibawa ke pabrik-pabrik pengolah susu, yang kemudian jadi susu-susu
kemasan yang biasa kita beli di warung atau toko-toko.
Kalau melihat sekilas mungkin kita akan sedikit under
estimate dengan para peternak sapi perah itu. Penampilannya yang kucel
ketika di kandang (ya iyyaalah, masa di kandang dasian), berkubang kotoran
sapi, bau, dll. Tapi ternyata pengasilan mereka dalam sebulan lumayan lho!
Rata-rata penghasilan mereka dari hasil perahan susu sapi bisa sampai 5 juta
per bulan. Belum lagi aset dari sapi perah tersebut. Wuih. Makanya kalau ada
keluarga yang punya sapi perah banyak dijamin dia jadi orang terpandang di
daerahnya.
Alhamdulillah, keluarga istri saya semuanya memiliki sapi
perahan. Ada yang dua ekor, ada juga yang enam ekor. Dari hasil perahan susu
tersebut mereka bisa membangun rumah, membeli motor, menyekolahkan
anak-anaknya. Bahkan anak Pak Oha yang sulung telah lulus sekolah pertanian dan sekarang
sedang bekerja di Jepang. Alhamdulillah
Dari jalan-jalan ngabuburit ke kandang sapi, setidaknya saya
belajar tentang ke gigihan, kesabaran dan keistiqomahan dalam berjuang untuk
hidup. Kegigihan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam ikhtiar menjemput
rezeki-Nya.
Langit memerah didiringi bedug dan adzan magrib. Selamat
berbuka semua!
Rasanya aku ingin merasakan lagi segarnya susunya. tarbawa ya....
BalasHapusmain aja ke Lembang, nanti diajak langsung ke kandang hehehe
Hapus