Selasa, 28 April 2015

Menanti Profesionalisme JNE

Marah! Hari ini suasananya gitu. Kalau saja kata-kata kasar dan cacian bisa menyelesaikan masalah, tentunya sudah semua binatang liar terucap dari mulut ini. Suaaaking marahnya saya sampai minum kopi dan makan mie gelas. Lho, hubungannya dimana? Sampai saat ini saya belum menemukan indikasi kalau kopi dan mie gelas memiliki hubungan khusus.

Kepada siapa saya marah? Semoga ini tidak menjadi fitnah, saya hanya mengungkapkan apa adanya. Saya marah dan meradang (cieee) sama JNE. Ya, JNE! Sebuah perusahaan yang melayani jasa pengiriman barang itu lho. Tahu kan? Kalau gak tahu kebangetan deh. Ketahuan gak pernah belanja on line. Hehehehe...

Ceritanya gini. Tanggal 22 April kemarin saya ngirim obat buat bapak saya di Kuningan. Obat herbal berbentuk sirup dalam botol. Ini adalah kiriman yang kedua setelah beberapa bulan yang lalu juga saya pernah ngirim. Pengiriman pertama gak masalah, barang nyampe tujuan dengan selamat meski  rada telat ( emang bab ini ciri khas JNE kan?).

Tapi, tadi siang bapak saya telepon dari Kuningan, katanya tadi ada telepon dari JNE Kuningan yang memberitahukan bahwa mereka tidak bisa mengantarkan barang karena obatnya bocor, botolnya pecah! Masya Allah! Busyet! Bujubuneng! Lebay ya?

Sontak darah saya mendidih (weii). Ba'da telepon ditutup, saya langsung searching alamat dan no kontak agen JNE Kuningan. Setelah ketemu saya langsung hubungi tuh nomer. Sambil nunggu diangkat (maksudnya dijawab teleponnya, bukan sayanya yang diangkat) otak saya sibuk menyusun kata-kata paling pedas yang saya ketahui, kalau bisa lebih pedas dari Keripik Mak Izot Level 77!

Dan, teleponpun diangkat (dijawab maksudnya ya). Setelah memperkenalkan diri secara singkat, langsung deh rentetan komplain yang telah disusun itu tersembur dari mulut saya. Saya tidak kasih dia kesempatan untuk bicara. Komplain plus sumpah serapah. Keuheul atuh da. Dalam benak saya nih JNE gak perlu dikasih hati, ga profesional banget, ga bertanggung jawab. Udahmah barang dipecahin, eh ga mau nganter pula.

Setelah puas baru saya berhenti. Kemudian disebrang sana ada orang bersuara, " maaf pak, ini dengan siapa? Tadi bilang apa? maaf tidak terdengar, sinyalnya gak jelas". GUBRAKKK!!!

Kebayang ga sih? Kebayang ga sih? Kebayang ga sih? Kalau saja aku tahu, Salamah itu namamu. Eh, naha kalah ka nyanyi! ( Itu tadi lirik lagu dari Caca Handika, judulnya Undangan Palsu). Kalau saja kami bicara berhadap-hadapan sudah saya hakan (makan) tuh orang! Hanasmah gueteh sudah kakacabrak kamana karep, menumpahkan segala emosi jiwa. Eeehhh, doi ga denger. Meledak kepala Berbie!

Intinya gitu deh. Saya komplainkan masalah obat yang pecah, kenapa bisa seperti itu. Bisa diganti ga? Dan saya minta apapun kondisi tuh barang, mohon diantar sampai tujuan. Maksudnya kalau diantar sampai tujuan biar nanti kurirnya digebukin sama bapak saya. Keuheul atuh da!

Setelah saya kasihkan no resi, nama penerima dan no telepon, dia (operator JNE) berjanji akan menelusuri keberadaan tuh barang dan segera mengantarkannya. Teleponpun saya tutup tanpa kata berpisah.

Pemirsah! Sesungguhnya kekesalan dan kekecewaan saya kepada JNE ini adalah yang kedua kali. Sebagaimana mukadimah di atas. Sebelumnya, beberapa bulan yang lalu saya pernah mengirimkan Al Quran ke daerah Cianjur. Ada yang pesan untuk babawaan dalam resepsi nikahan. Karena waktunya mepet akhirnya saya kirim dengan tarif YES; Yakin Esok Sampai. Waktu itu saya ngirim hari Minggu. Saya pikir Senin atau paling telat Selasa juga dah nyampe tuh barang.

Eh, tak dinyana. Setelah lewat seminggu ada sms dari pemesan bahwa Al Quran belum nyampe! Masya Allah! Busyet! Bujubuneng! Mirip yang di atas ya? Kok Bisa? Saya pantau perjalanan paket saya via internet dengan input no resinya. Ternyata paket sudah di Cianjur, tapi entah kenapa belum juga nyampe. Saya komplainkan via customercare@jne.co.id.

Esoknya mereka membalas email saya dan memberikan saya no pengaduan. Dan, biasa, mereka berjanji akan melacak paket tersebut dan segera mengantarnya ke tempat tujuan. Saya pikir sudah selesai. Saya husnudzon besok juga sudah beres dah. Eh, seminggu setelahnya si pemesan sms lagi dan mengatakan pernikahannya sudah beres dan al Quran pesanannya.... belum keterima! Jreng Jreng!

Emosi deh gue! Gue kirimi email lagi tuh JNE. Kasar bahasanya sekarang. Mereka ga tahu betapa berartinya tuh barang buat si pemesan. Buat acaran nikahan bro! Tapi nyatanya barangnya ga juga keterima, bahkan ketika pernikahannya sudah lewatpun. Gara-gara siapa? Yup, JNE!

Seperti biasa, mereka membalas email saya dengan tenang dan santun. Gile nih JNE, mereka kayaknya dah terbiasa menghadapi orang yang komplain dengan kata-kata kasar sekalipun. Dan ternyata benar, di account FB JNE betapa buanyak orang yang komplain karena paketnya ga datang-datang, atau barangnya rusak. Pantesan aja!

Singkat cerita, setelah hampir sebulan akhirnya saya dapat sms dari si pemesan bahwa al Quran yang dia pesan telah keterima. Maluuu banget gue. Meskipun itu bukan kesalahan saya, tapi kok saya merasa malu gitu lho, apalagi saya tahu al Quran itu buat acara nikahan. Akhirnya, saya ikhlaskan tuh Quran, saya katakan ke pemesan, ambil saja tuh Quran, terserah mau bayar atau tidak terserah, saya ikhlaskan. Oya, ketika seminggu setelah pengiriman tuh Quran belum keterima, uangnya saya balikin lagi.

Seharusnya yang merasa malu tuh JNE ya? Seharusnya yang merasa gak enak itu JNE ya? Seharusnya yang merasa berdosa itu JNE ya? Tapi inimah enggak, mereka tetep anteng dengan jawaban-jawaban yang diplomatis. Seharusnya mereka bersikap profesional, meningkatkan pelayanan, memperbaiki sistem pengantaran dan distribusi, juga penjagaan akan mutu barang.

Disaat menjamurnya pelayanan jasa serupa, yang notabene itu adalah saingan buat JNE. Seharusnya JNE berbenah dan meningkatkan mutu pelayanan. Tapi nyatanya malah yang meningkat adalah mutu komplainan. Kapan bisa profesionalnya? Kapan bisa bersaingnya?

Ah JNE, mungkin butuh otak waras untuk bener-bener mempergunakan jasamu!

Minggu, 26 April 2015

WILD; Film Durasi 2 Minggu





Akhirnya berhasil juga tuntasin film Wild. Ini film terlama yang pernah saya tonton. Durasinya 2 minggu! Hehehehe. Enggak ketang, durasi filmnya cuman 2 jam kurang deh, cuman emang saya butuh waktu sekitar 2 minggu buat namatinnya.

Pertama nonton di jam istirahat kantor, sambil makan siang gitu. Tapi karena waktunya terbatas jadi gak tuntas deh tuh nonton. Ditambah lagi adegan awal-awal mbosenin banget nih film. Cuman nampilin perjalanan seorang wanita yang lagi hikking. Ditambah scene-scene flashback gitu. Alhasil, nih film masuk dalam daftar tunggu untuk ditonton selanjutnya.

Hingga tibalah di suatu akhir pekan  disaat saya fakir film, tak ada satupun film saya miliki. Hingga kemudian saya teringat di flashdisk ada film Wild yang belum tuntas. Nonton deh dengan terpaksa.

Eh, ternyata film ini sangat mengasyikan dan menginspirasi.
Ceritanya sih amat sederhana menurut saya, tapi begitu menyentuh. Karena memang ternyata ini kisah nyata. Film ini mengisahkan seorang wanita yang bernama Cheryl Strayed (Reese Witherspoon) yang mencoba keluar dari masalah yang sedang mengguncang kehidupannya; kematian ibunya akibat kanker, pernikahan yang kandas dan ketergantungan akan narkoba. Demi melupakan itu semua dan sebagai upaya mengobati luka hati Cheryl memutuskan untuk berjalan kaki ribuan mill, dan pilihannya jatuh pada jalur Pacific Crest Trail yang memiliki panjang 2000 mil, seorang diri.




Sepanjang film kita diajak untuk semakin mengenal tokoh kita ini, Cheryl. Dengan scene flashback dan narasi yang menguatkan cerita. Kita jadi tahu begitu kacaunya kehidupan Cheryl hingga dia memutuskan perjalanan yang begitu nekad itu. Kita akan disuguhi adegan demi adegan menarik  bagaimana ketika seorang yang telah kacau mencoba keluar dari kekacauan namun harus terlebih dahulu berhadapan dengan kekacauan lainnya, dari nyeri otot, cuaca buruk, hingga orang-orang sekitarnya.


Ketangguhan Cheryl dalam menaklukan alam dan luka hatinya, dipadu dengan keindahan alam yang tersaji selama dalam adegan perjalanan merupakan keunggulan film drama ini. Gambarnya bagus banget dengan teknik sinematographi yang lembut. Bisa dibilang, nih film gak neko-neko. Cerita dan keindahan alam telah cukup untuk jadi alasan dua jempol.


Inti dari film ini menurut saya adalah, bagaimana sebuah jati diri kadang ditemukan dalam sebuah perjalanan panjang. Segala kesulitan, keterbatasan dan rintangan tanpa sadar telah mampu memunculkan pribadi yang tangguh, yang lepas dari ketergantungan yang selama ini membelenggu.

So? Mending tonton deh filmnya. Bagus kok!
Selesai nonton film ini, saya jadi pengen hikking euy, suer!. 

Sabtu, 25 April 2015

MLM; Bisnis dan Pengorbanan Kejujuran

Permirsah! Sudah dua hari ini saya diprosfec, eh bener nulisnya gitu?Atau diprospek ? Ya gitulah! Maksudnya saya sedang diajak untuk ikut dan gabung di bisnis MLM.  Sebuah MLM yang dagangin mesin pengubah air, yang nantinya airnya itu memiliki khasiat yang luar biasa buat kesehatan (katanya). Yang ngajakin kakak ipar saya.

Pemirsah! Tahu gimana sikap saya? Saya sih, iyain aja. Meski dalam hati tidak sedikitpun tertarik dengan bisnis MLM ini. Jauh sebelum diprospek sama kakak ipar ini, saya telah punya pengalaman tiga kali ikut bisnis MLM ini, mulai yang produk dalam negeri sampai produk luar negeri. Dari yang modalnya cuma ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Sukseskah? Alhamdulillah, GAGAL! Hehehehe....

Kok gagal malah alhamdulillah, benak orang-orang mungkin bertanya. Ya iyalah, meski gagal kita tetap bersyukur. Kegagalan kan kesuksesan yang tertunda, katanya!

Kembali ke laptop, eh topik. Si kakak ipar tersebut begitu semangat menjelaskan keunggulan produknya, khasiat, kegunaan, manfaat (artinya sama ya?) Yaaa pokonya semua keunggulan produk bisnisnya itu. Tahu gimana sikap saya? Ga tahu juga?  Kan tadi dah diceritain diiyain aja!

Hingga kemudian si kakak ngajak saya buat ikutan seminar atau semacamnya gitu, yang nantinya saya akan diberi tahu dan diajarkan tentang seluk beluk bisnis ini plus keunggulannya. Berhubung saya sudah punya pengalaman dengan MLM sebelumnya, sudah berapa kali? Yup betul, sudah 3 kali, jadi saya sudah bisa menebak apa aja sih nanti kegiatan dan materinya? Toh pasti sama dengan MLM pada umumnya; pengenalan bisnis, pengenalan produk, pengenalan sistem/jaringan, iming-iming keuntungan yang gak masuk akal, dll.

Pemirsah! Tahu sikap saya? Masih belum tahu? Eta geura, kan sudah disebutin dua kali; saya sih iyain aja! Ingetin ya! Cuman kemudian saya mikir keras, mesti cari alasan apa ya biar esok gak jadi ikut seminarnya? Hanya ada dua cara; belanja perlengkapan sekolah anak atau saya berdoa seharian supaya Allah menurunkan hujan yang gede. Sepertinya pilihan yang pertama yang diambil.

Bagi saya bisnis MLM adalah bisnis SUGESTI! Terserah anda setuju atau tidak dengan pendapat saya. Tapi memang nyatanya demikian. Bagi yang gagal pasti setuju, hehehe. Bagi yang baru gabung pasti nyumpahin saya deh.

Kenapa saya sebut bisnis sugesti? Karena pada dasarnya ketika kita gabung ke bisnis MLM, banyak yang kita abaikan dan hanya keuntungan besar yang kita perhatikan dan jadi satu-satunya tujuan. Kita gak pernah peduli apakah produknya bener-bener bagus, kita gak pernah peduli apakah produknya halal, kita gak pernah peduli apakah bisnisnya legal. Kita terlampau dibutakan dengan khayalan keuntungan yang luar biasa besar dan cepat. Pemikiran ingin cepat kaya dengan mudah, itulah biang keladinya.

Dalam proses pemasarannyapun tak jarang dibumbui dengan cerita-cerita bohong tentang kesuksesan anggotanya, atau upline-nya, atau entah siapa, yang dia dengar dari para up line-nya. Kalaupun kita tahu itu adalah bohong, kita akan abaikan karena yang penting orang lain bisa tergoda dan ikut ke jaringan kita.

Itu yang saya lakukan ketika menjalankan bisnis ini, ada aja kebohongan dilakukan dalam memprospek orang. Saya sering bercerita tentang si anu yang super kaya karena ikut bisnis ini, si fulan yang super sukses setelah menjalankan bisnis ini, si eta yang hutang-hutangnya yang segunung telah terlunasi karena bisnis ini. Atau ada cerita wajib yang mesti disampaikan ketika prospek ke orang-orang, tentang kesuksesan upline besar kita, yang seringnya saya ga tahu dan ga kenal yang mana orangnya.

Ketika menerangkan sistem bisnis ini, biasanya kesannya begitu mudah, penekanannya lebih ke hasil yang besar. Tinggal rekrut dan ajak maka jutaan rupiah akan jadi bonus. Enak ya? Meski pada kenyataannya sangat sulit dan kadang tak masuk akal. 

Bagi saya, ada yang begitu prinsipil yang membuat saya kemudian berhenti dan menjauh dari bisnis ini. Kejujuran!

Coba deh tanya ketiap orang yang jalanin bisnis ini, apakah yang mereka ucapin itu jujur, bener adanya? Coba sumpah kituh! Saya berani jamin banyak kebohongan yang mereka lakukan. Kenapa? Sebab mereka sedang menawarkan jalan kesuksesan, jadi apapun mereka lakukan agar orang tertarik untuk sukses, dengan gampang tentunya. Jadi yang diceritakan juga yang gampang-gampang. Kalau kesulitannya, sembunyiin aja.

Kadang mereka berbohong dengan mengatakan penghasilannya segini dan segitu dari bisnis ini, sudah punya ini dan itu, dan sebagainya. Padahal bohong. Jadi yang mereka tawarkan adalah sugesti untuk cepet kaya. Mereka menawarkan mimpii. Mimpi kaya! Parahnya lagi, korbannya adalah orang-orang yang ingin cepat kaya tapi tanpa mau berproses. Manusia serba instan.

Belum lagi, setiap produk yang mereka tawarkan hanya bagus kata mereka aja. Coba saja di gugling di internet, ketikan nama produknya. Begitu banyak yang mengulas dan memujinya, tapi ternyata mereka adalah pelaku bisnis tersebut. katakanlah penjualnya. Pantes aja atuh.

Tidak ada ulasan yang jelas, resmi dan akademis tentang keunggulan produk itu dari instansi atau akademisi. Sehingga produk itu bener-bener diakui keunggulannya oleh kalangan yang netral dan tidak berkepentingan. Tapi bagi mereka yang menjalankan bisnisnya tentu tak peduli, sebab sekali lagi mata mereka telah silau dengan khayalan kaya raya!

Pemirsah! Terus gimana sikap saya esok? Betul. iyain aja. Padahal saya akan kabur. Demikianlah sepenggal kisah yang tak mengharukan ini, semoga jadi pelajaran kita semua. Tulisan ini hanya opini pribadi, saya menulisnya dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Semoga sukses!

Sabtu, 18 April 2015

Focus Nunggu Big Match

Ceritanya malam ini mau nonton pertandingan seru antara Chelsea vs MU. Sembari nunggu, saya tuntasin dulu tuh nonton film Focus, film ini dibintangi oleh Will Smith dan Margot Robbie (cantik nih orang, bener).

Ceritanya bagus, meski bagi penyuka film action dijamin ga bakal suka, plotnya lambat. Tapi secara keseluruhan bagus. Apalagi Will Smith membawakan perannya selalu oke, ditambah akting si cantik Margot yang emmmm...

Focus mengisahkan seorang penipu ulung bernama Nicky yang diperankan Will Smith yang jatuh cinta dengan Jess diperankan Margot Robbie. Jess adalah seorang gadis yang menjadi penipu pemula sekaligus murid Nicky. Nicky yang mengajari berbagai trik penipuan kepada Jess. 

Seharusnya tugas Nicky hanyalah sebagai gurunya, namun seiring kenyataannya Nicky mulai jatuh Cinta pada Jess, dan Akhirnya Jess Pun menerima cinta yang dilayangkan oleh Nicky. Tapi setelah berhasil menipu seorang mafia China, Nicky kemudian memutuskan meninggalkan Jess. Merekapun putus. Dalam adegan ini saya pikir emang dasarnya tuh si Nicky ga cinta aja sama Jess, dan cuma manfaatin dong.

3 Tahun berselang keduanya kembali dipertemukan namun dalam keadaan yang berbeda, saat itu Nicky sedang bekerja pada Seorang pemilik Mobil Balap Garriga (Rodrigo Santoro). Nicky diminta untuk menyusun strategi untuk menyusun skema penipuan agar penjualan bahan bakarnya dapat meraup banyak keuntungan. 

Di sinilah cerita asyiknya, dimana kelihaian sang penipu dipertaruhkan. Mungkin setiap yang nonton pasti terbawa cerita yang dimainkan Nicky, meski pada akhirnya kita pasti bilang "Ooo.." Karena ternyata dan ternyata menghujani benak kita. Bahasa apa tuh.. Intinya Never Trust a Thief

Intinya gitu deh, banyak hal yang tidak terduga diakhirnya pokoknamah. Mending nonton deh, biar enggak penasaran. Bagus kok, sinopsis yang saya tulis ini dijamin akan membuat anda bingung, hehehehe...

Setelah nonton, boleh deh tuh komen di sini. Sama enggak penilaian ente sama ane ame tuh film?

O iya, karena pertandingan masih lama, ane mau lanjut nonton film Word and Pictures. Nanti ane ceritain lagi deh sinopsisnya.



WAJIB TAHU! INILAH CARA MENGETAHUI MADU YANG ASLI

Cara membedakan madu yang asli Meski madu bisa dibeli di banyak tempat, nyatanya tidak semua madu yang ditawarkan adalah madu asli. Banyak o...