Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Juni 2015

Sahur; Hidangan Penuh Berkah


Anak pertama saya Hasya, alhamdulillah Ramadhan tahun ini cukup "serius" menjalankan puasanya. Saya katakan serius karena puasanya sempurna dari imsak hingga bedug magrib. Tidak seperti taun-tahun sebelumnya; pagi puasa, siangnya buka, setelah itu kembali puasa, nanti waktunya ashar buka lagi, terus puasa lagi hingga magrib tiba.


Tapi saya maklumi itu, Hasya masih kecil. Sekarang usianya mau 7 tahun. Sudah mau masuk SD. Di delapan hari Ramadhan ini Hasya baru sehari batal, itu di hari kedua. Mungkin karena belum terbiasa. Hari-hari selanjutnya Alhamdulillah lancar. Dia main seperti biasa tanpa merengek-rengek lagi minta makanan.

Dari sekian aktifitas selama Ramadhan, waktu sahurlah yang kelihatan begitu susah Hasya lakukan. Sebagai orang tua, kami rada kesulitan ketika membangunkan dia untuk makan sahur. Mungkin (dan emang pasti) masih ngantuk dan udara dingin (maklum Lembang bro). Dibutuhkan waktu setengah jam untuk bisa membangunkan Hasya.

Masalah susah melaksanakan sahur sebenarnya bukan cuman masalah anak-anak belaka. Orang dewasapun tak jarang begitu malas untuk bersantap sahur. Saya pun demikian. Diperlukan niat ekstra kuat dan ilmu untuk bisa dengan ringan bangun untuk bersantap sahur. Syukur-syukur kalau kita bangunnya beberapa jam ke santap sahur, jadi kita bisa Qiamulail dulu, tilawah dulu.

Pentingnya makan sahur bukan hanya terletak di makan dan minumnya saja yang akan menguatkan puasa di siangnya, tapi juga keberkahan dan keutamaan yang terkandung di dalamnya.

Dikutip dari berbagai sumber, saya coba tuliskan tentang pengertian sahur dan keutamaannya buat kita semua, semoga bermanfaat.

Sahur berasal dari kata sahar, yang artinya akhir malam, atau waktu menjelang subuh. Lawan katanya ialah ashil, akhir siang. Adapun secara istilah Sahur adalah segala sesuatu yang dikonsumsi pada waktu sahur, baik itu berupa makanan, susu, tepung (dan sebagainya).

Pada awalnya, perintah puasa adalah sama dengan apa yang ditetapkan bagi Ahlul kitab, yaitu tidak makan, minum, dan berhubungan badan setelah tidur (diwaktu malam). Artinya jika salah seorang diantara mereka tidur, maka dia tidak makan, minum dan berhubungan badan  sampai malam berikutnya. Dan setelah di nasakh, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam memerintahkan untuk sahur sebagai upaya untuk membedakan antara puasa kita dengan puasa Ahlul Kitab.


Dari Amr' bin al 'Ash Radhiallahu'anhu, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Perbedaan antara puasa kita dengan puasa Ahlul kitab terletak pada makan sahur." 


Banyaklah hadits nabawi yang menyebutkan kalau Nabi saw. sangat menganjurkan umatnya untuk makan sahur ketika mengerjakan puasa, diantaranya adalah :

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu.” (HR. Ibn Abi Syaibah, Abu Ya’la dan  al-Bazzar)

Dalam riwayat lain, beliau juga bersabda, “Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah.” (HR. Bukhâri dan Muslim)

Beliau juga bersabda, “Sahurlah kalian walaupun dengan seteguk air.”(HR. Abu Ya’la)

Keberadaan sahur sebagai barakah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menguatkan dalam puasa, menambah semangat untuk menambah puasa karena merasa ringan orang yang puasa.

Makanan Sahur, makanan yang diberkahi (ilustrasi)

Dengan makan sahur juga berarti kita telah menyelisihi Ahlul Kitab, karena mereka tidak melakukan makan sahur. Oleh karena itu Rasulullah saw. menamakannya dengan makan pagi yang diberkahi sebagaimana dalam dua hadits al-Irbath bin Syariyah dan Abu Darda ra: “Marilah menuju makan pagi yang diberkahi, yakni sahur.”



Waktu sahur adalah saat-saat yang berkah karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur. Mungkin barakah sahur yang tersebar adalah karena Allah akan meliputi orang-orang yang sahur dengan ampunan-Nya, memenuhi mereka dengan rahmat-Nya, malaikat Allah memintakan ampunan bagi mereka.


Disunnahkan mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar. Nabi saw. dan Zaid bin Tsabit ra. melakukan sahur, ketika selesai makan sahur Nabi saw. bangkit untuk sholat subuh, dan jarak (selang waktu) antara sahur dan masuknya sholat kira-kira lamanya seseorang membaca lima puluh ayat di Kitabullah.

Naahh, setelah tahu keutamaan dan keberkahan sahur masihkah kita bermalas-malasan? Seorang muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan pahala yang besar ini. Bersantap sahur sejatinya menyantap hidangan keberkahan dari Allah SWT.


Rabu, 24 Juni 2015

"Menggoda" Tuhan di Ramadhan

"Menggoda" Tuhan di Ramadhan. Entah kenapa kalimat itu tiba-tiba muncul di pikiran saya, saat bermotor ria pulang dari kantor sore tadi. Mungkin itu kalimat dari pemahaman "nakal" saya tentang konsep Taqarrub ilallah. Dengan menggunakan bahasa yang nakal saya cuma ingin menyampaikan bahwa setiap kita bisa dekat dan "bermesraan" dengan Tuhan, Allah Swt.

Jika dengan seseorang yang kita sukai, kita bisa mati-matian berusaha mendapat perhatiannya. Kenapa dengan Allah kita tidak mati-matian berusaha mendapatkan perhatiannya? Meskipun sesungguhnya Allah Maha Perhatian kepada kita. Jika dengan seseorang yang disukai kita begitu besar harap mendapat kebahagiaan, kenapa kepada Allah kita tidak berharap bahagia? Sejatinya Allah sumber kebahagiaan kita dalam hidup.

Ketika kita mengharapkan perhatian dari makhluk, maka siap-siaplah kecewa. Karena yang namanya makhluk pasti terkena yang namanya lupa. Makhluk yang kita harapkan perhatiannya belum tentu setiap saat bisa memperhatikan kita. Mungkin dia lupa nama kita, mungkin dia lupa tempat tinggal kita, dia lupa nanyain kabar kita, dia lupa tanggal lahir kita jadi ga sempat ngucapin selamat ulang tahun, dan lupa-lupa yang lain sebentuk keterbatasan makhluk.

Jika kita mengharapkan bahagia akan diberikan makhluk, maka siap-siaplah kecewa. Karena makhluk yang kita harapkan bisa memberikan kebahagiaan ternyata juga memiliki kelemahan. Boleh jadi dia yang kita harapkan memberikan kebahagiaan ternyata malah memberikan kita kekecewaan dan sakit hati.

Kebayangkan, ketika kita berharap mendapat perhatian, ketika kita berharap kebahagiaan dari dia, ternyata hanya kekecewaan yang di dapat. Kalau kata si Ceuceu Cita Citata-mah " sakitnya tuh di sini", cieee :D

Jika saja kita mau jujur, ternyata kita jarang banget mencuri perhatian Allah Swt. Kalau benar kita cinta kepada-Nya, seharusnya memang kita sering mencuri perhatian-Nya agar Dia suka kepada kita. Sebagaimana kerasnya kita mencoba mendapat perhatian makhluk seharusnya kita lebih keras lagi dalam mendapat perhatian Allah Swt.

Mumpung sekarang Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Bulan dimana yang sunnah diganjar setara yang wajib, yang wajib berlipat ganda pahalanya. Inilah saatnya kita mencari perhatian Allah, inilah saatnya " menggoda" Tuhan kita dengan amal-amalan yang Dia cintai.

Majelis Ilmu

Memang sih, Allah Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri perhatian-Nya pun Allah tahu apa maksud kita. Apa yang saya tulis di atas sekadar ungkapan saja kalau kita pun bisa membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat. Aktivitas mulia penuh pahala dan taat syariat-Nya, sudah cukup menarik perhatian Allah kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.

Cuman, daripada kita ngabisin waktu, buang-buang energi, dan mengharapkan sesuatu dari makhluk yang belum tentu terwujud, ya mending mengejar sesuatu yang pasti. Apalagi Allah fasilitasi kita dengan Ramadhan yang mulia ini.

Ramadhan baru seminggu, masih ada tiga minggu lagi. Masih ada waktu. Yuk, kita sama-sama mencari dan mencuri perhatian Allah. Yuk, kita sama-sama "menggoda" Tuhan kita dengan ibadah-ibadah yang dicintainya.



Tilawah

Ketika kita mencari perhatiannya dengan sungguh-sungguh, ketika kita "menggoda"-Nya dengan penuh cinta, maka Dia akan mencintai dengan cinta yang lebih besar dari cinta kita kepada-Nya. Cinta yang tak pernah mengecewakan.

Lupakan yang melupakan. Tinggalkan yang meninggalkan. Abaikan yang melalaikan!

Siapkah kita jadi "penggoda" Tuhan di Ramadhan?

Minggu, 21 Juni 2015

Milad, Sufi Koplak dan Aktor Tak Tercerahkan

“... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu...” (al-Mâidah. 5:3)


Alhamdulillah, hari ini tepatnya tanggal 21 Juni 2015, saya milad yang kesekian :) Dari sekian banyaknya nikmat yang disyukuri saya adalah nikmatnya ber- ISLAM. Nikmat yang tiada taranya.

Sungguh, Allah telah memilihkan bagi saya agama yang kokoh dan sempurna dalam segala urusan, diantaranya; masalah aqidah, ibadah, muamalah, akhlaq, politik dan sebagainya. Jadi, nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?

Kemarin, saya baca status seseorang di medsos yang mengatakan bagi dia agama adalah ibarat pakaian. Laiknya pakaian apabila sudah bosan atau usang maka bolehlah berganti pakaian. Malah parahnya lagi, kalau memang tidak berpakaian akan lebih baik maka tidak usahlah berpakaian. Dengan telanjang kita akan menemukan kesejatian, itu kata dia. Iya gitu? Sepertinya dia sudah jadi sufi :D

Saya bukan orang soleh atau pinter. Tapi ketika agama dianggap pakaian yang dengan mudah dan ringan bisa dibuka, diganti, atau malah dilepas permanen, kok malah bingung ya. Saya yang oon atau dia yang sok pinter padahal sebenarnya koplak?

Bagi saya pribadi agama bukan saja sebagai identitas tapi juga tujuan dalam beraktifitas (ibadah). Agama adalah sistem nilai yang membuat norma-norma, dimana norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianut.

Dengan beragama memberikan saya kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi, rasa sukses dan rasa puas. Sudah fitrah manusia membutuhkan agama, sudah dari sononya kita diciptakan dengan kecenderungan beragama. Agama memiliki fungsi yang vital, yakni sebagai salah satu sumber hukum atau dijadikan sebagai norma. Dengan beragama kita jadi punya acuan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.



Tinggal masalahnya adalah benarkah agama yang saya anut? Saya tidak sedang membicarakan perbandingan agama di sini. Saya hanya akan membicarakan agama yang saya anut dan yakini, serta syukuri. Islam.

Sebagaimana kalimat di awal betapa nikmat yang paling saya syukuri di hari milad kali ini adalah nikmatnya ber-Islam. Sebuah agama yang sempurna, komplit dan tanpa cela. Sehingga tidak perlulah saya berganti "pakaian" ini dengan "pakaian" lain. Atau malah melepasnya permanen, sepertu status sufi koplak di atas. Atau seperti aktor (yang katanya) kawakan yang memutuskan murtad karena sudah "bosan" dengan agama ini. Kasihan aktor itu, di film jadi " Sang Pencerah", tapi hidupnya tidak tercerahkan.

Tapi kita hargai itu. Itu pilihan hidupnya. Sebab sudah jelas yang benar itu benar, yang buruk itu buruk. Jangan pernah terpengaruh dengan propaganda kaum SEPILIS yang mengatakan semua agama benar! Pemikiran yang koplak!

"Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi." (Ali ‘Imrân. 3:85)


Cukuplah kiranya ayat surat Ali Imran ayat 7 ini jadi doa dalam milad saya kali ini, semoga jadi doa kita semua.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّا

Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Min-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)

Aamiin.





WAJIB TAHU! INILAH CARA MENGETAHUI MADU YANG ASLI

Cara membedakan madu yang asli Meski madu bisa dibeli di banyak tempat, nyatanya tidak semua madu yang ditawarkan adalah madu asli. Banyak o...