Jumat, 09 Oktober 2015

Hadiah Dari Eman

Takada kejadian kebetulan. Semuanya sudah tertulis di Lauh Mahfuzh. Itu mungkin kata-kata Syar’i yang singkat bilamana kita menemukan suatu kejadian yang memancing keheranan kita. Iya, sih. Tapi kadang tetap aja menjadi pemikiran yang mengundang decak kagum, atau malah senyum simpul. 


Persis yang saya alami pagi ini, hari ini. Saya berangkat ngantor dari Lembang, meskipun sudah dua bulan hijrah ke Bandung Kota. Kemarin cuti nganterin Hasya, si sulung ingin liburan di rumah neneknya di kawasan Cikole Lembang. Kami berangkat sekeluarga; saya, istri, Hasya dan Danish. So, saya cuti hari Kamis kemarin.

Jumat, 24 Juli 2015

Serba - serbi Idul Fitri: Rangginang Sang Penakluk

Hari Raya Idul Fitri 1436 H sudah berlalu, tapi kesan dan kehangatannya masih terasa. Iklan di tv masih mengucapkan selamat Idul Fitri, berjumpa dengan teman lama masih maaf-maafan. Yang paling kentara adalah kue-kue di meja masih bersisa, peninggalan hari nan fitri.

Selain mudik yang menjadi ciri khas di Idul Fitri, ada hal lain yang seolah telah menjadi “tools” wajib dalam hari besar umat Islam ini, yaitu kue lebaran. Jenisnya yang beraneka macam kerap menghiasai meja tamu di tiap rumah. Ada yang sengaja bikin sendiri, tak jarang juga yang beli kiloan karena ga mau repot.

Rabu, 01 Juli 2015

Al Qur'an. Manual Book of Life

" Bacalah petunjuk penggunaan ini dengan seksama sebelum anda menggunakan Penanak Nasi Mi**ko"

Kalimat petunjuk penggunaan ini saya baca dari manual book sebuah produk penanak nasi, kertas ini saya temukan tanpa sengaja ketika beres-beres lemari buku. Saya ingat itu adalah kertas petunjuk penggunaan penanak nasi yang  dibeli istri saya setahun yang lalu.

Iseng saya amati manual book 4 halaman itu. Meski cuma 4 halaman tapi cukup informatif. Memuat tatacara penggunaan produk penanak nasi tersebut. Diantaranya; Cara menggunakan penghangat, cara menggunakan pengukus, cara membersihkan, dan beberapa poin peringatan. Begitu lengkap. Padahal seingat saya, istri dan saya dari mulai beli hingga sekarang belum pernah membaca petunjuk penggunaan ini. Langsung we gunain, toh hingga detik ini Alhamdulillah tidak terjadi apapun, karena kami sudah hafal gimana cara gunainnya.

Ngapain lagi dibaca, toh sudah terbiasa menggunakannya! Mungkin itu pendapat kita.

Tapi tak segampang itu bro. Ternyata semua produk resmi yang memerlukan perlakuan khusus selalu ada petunjuk penggunaan dan perawatannya. Meskipun kita sudah familiar dalam menggunakannya. Karena memang prosedur produksinya seperti itu. Produsen membuat produk harus disertai petunjuk penggunaannya.

Terus, entah hidayah dari mana tiba-tiba terlintas pertanyaan: bila produk sederhana buatan manusia saja kita perlu informasi akurat untuk menjalankannya, bagaimana dengan kita, manusia, yang merupakan "produk" kompleks dari Allah SWT?

Tentunya Allah SWT telah membekali kita dengan manual book yang super lengkap. Buku petunjuk yang wajib dibaca oleh manusia dalam menjalani hidup. Itu karena manusia adalah produk yang ditugasi untuk "mengoperasikan" atau berinteraksi dengan diri sendiri, manusia lain, hewan, tumbuhan, bumi dan seluruh isi alam semesta, serta berinterkasi dengan Allah SWT.

Otoritas pembuatan manual book pada penanak nasi diatas ada pada produsen, karena dialah yang paling mengetahui dan menguasai produk tersebut. Manusia dan alam semesta ini adalah produk ciptaan Allah SWT, maka Dia-lah yang paling berhak sebagai pembuat manual book tersebut. Dia-lah yang paling tahu bagaimana caranya menyelamatkan manusia dan alam semesta ini.

Dia-lah yang paling tahu jalan hidup yang harus ditempuh manusia. Dia-lah yang paling mengerti bagaimana menempuh jalan menuju bahagia.

Dengan manual book, manusia tak lagi meraba-raba, ragu, atau bimbang, sebab jalan hidup telah terbentang. Petunjuknya telah jelas. Arahnya sudah pasti. Kita, manusia, tinggal mengikuti.

Manual book buat kita adalah Al QuranApalagi sekarang bertepatan dengan ramadhan. Salah satu sebutan untuk bulan ramadhan adalah Syahrul Qur'an. Ini dikarenakan diturunkannya Al Quran tepat di bulan ramadhan. Sebagaimana firman Allah SWT,

"Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkannya Al Qur'an, petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda ..." (Al Baqarah. 2: 185)

Kalau garansi manual book penanak nasi hanya berlaku 1-2 tahun. Manual book dari Allah SWT memberi garansi seumur hidup tidak akan tersesat dan "terjadi kecelakaan", asal mengikuti petunjuk sebagaimana tertera di dalamnya.

"... Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku (ikutilah). Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak celaka". ( Thaha. 20: 123)

Semua falsafah hidup, ideologi, konsep, teori, atau ilmu yang berasal dari manusia, bersifat hipotesis. Kalaupun ada kebenaran di dalamnya, tingkat kebenarannya itu bersifat relatif dan subyektif.

Al Qur'an adalah petunjuk hidup
Sedangkan hidup adalah sebuah kepastian. Kita sedang menuju kepada sesuatu yang pasti. So, bagaimana mungkin yang pasti mengikuti yang belum pasti?

Sebagai salah satu "produk" Allah SWT, sudah sewajarnya kita mengikuti petunjuk dari Sang Pembuat (Khaliq) yang termaktub di manual book, Al Qur'an. Sebab akan aneh dan akan terjadi kehancuran jika kita yang produk Allah SWT tapi menggunakan buku petunjuk dari selain Allah SWT.

Jika kita melihat sejarah, terutama yang dikabarkan Al Qur'an, betapa banyak musibah dan azab yang terjadi di kalangan manusia sebagai akibat mengabaikan petunjuk Al Qur'an. Dalam sejarah pula dibuktikan antitesis dari tragedi kemanusiaan hanya akan terwujud jika manusia mau kembali ke manual book-nya, yakni Al Qur'an.

Rasa-rasanya, tidak ada satu pun cerita para Nabi dan pengikut setianya celaka karena mengikuti petunjuk Ilahi, sedangkan para penentangnya selamat. Justru sebaliknya, para pelaku setia petunjuk Allah SWT selalu berakhir dengan keselamatan dan kebahagiaan.

Karena itulah wajar jika kemudian Allah SWT mewajibkan kita untuk beriman kepada Kitab-Nya. Sebab, memang tidak ada alternatif lain yang bisa diambil dalam meraih kebahagiaan kecuali dengan mengikuti petunjuk-Nya yang original, Al Qur'an. Manual Book Kehidupan kita.

So, pake penanak nasi saja butuh petunjuk masak kita hidup ga butuh petunjuk! Yuk, kita kembali kepada Al Qur'an.

Minggu, 28 Juni 2015

Ngabuburit di Kandang Sapi

Menikmati sore hari menunggu bedug Magrib dengan berjalan-jalan ke kandang sapi perah memang sangat mengasyikan. Ngabuburit saya hari ini tidak jauh-jauh dari rumah, cukup jalan beberapa meter ke belakang rumah. Di sana terdapat kandang sapi perah milik kakak ipar saya. Sebagaimana kandang sapi milik penduduk yang lain, lokasi kandang sapi tidak begitu jauh dari rumah.

Daerah Lembang, sebagaimana daerah pegunungan yang berudara dingin, selain penduduknya berprofesi sebagai petani sayur tapi juga berternak sapi perah. Hampir tiap keluarga memiliki sapi perah, minimal satu ekor sapi.


Harga sapi perah yang sudah balig berkisar 4 -  7 juta rupiah, sedangkan yang bunting bisa mencapai belasan juta rupiah. Tapi penduduk di sini kebanyakan memiliki sapi perah bukan karena membeli bibit, tapi karena upah mengurus sapi bibit. Maksudnya begini, misalnya saya membeli sapi yang sudah balig terus sapi tersebut dipelihara oleh tetangga saya. Jika kemudian sapi tersebut beranak maka anak sapi tersebut kepemilikannya dibagi dua, separuh milik saya, separuh lagi milik tetangga saya yang mengurus sapi itu. Kalau anak sapinya dua maka masing-masing dapat satu ekor, tapi kalau anak sapinya cuma satu maka kepemilikannya separuh-separuh. Bagitu seterusnya, hingga anak sapi pertama beranak lagi, dan beranak lagi. Dari sistem bagi paruh itu, yang tadinya tidak punya sapi jadi punya sapi. Yang tadinya buruh ngurus sapi jadi pemilik sapi.


Seorang peternak usai mencari rumput (Foto:Ahmad)

Berternak sapi perah gampang-gampang susah. Butuh ketelatenan juga keuletan. Para peternak sapi perah pada umumnya sangat sulit bepergian jauh. Mereka sangat terikat dengan sapi perahnya itu. bagaimana tidak, sapi perah memiliki jadwal makan dan perawatan seperti manusia, tiga kali sehari mesti dikasih makan, kandangnya mesti dibersihkan minimal dua kali sehari, diperah susunya dua kali sehari, belum lagi kalau pakannya sudah habis maka si peternak mesti mencari rumputnya.


Jejeran kandang sapi warga (Foto:Ahmad)

Apalagi kalau sapinya sedang menyusui, yang artinya sapi perahan, maka perawatannya mesti ekstra. Tiga kali sehari tuh sapi mesti diloloh. Diloloh adalah bahasa peternak sapi, artinya memberi makanan tambahan buat sapi yang sedang menyusui. Adapun lolohan itu terdiri dari ampas tahu (ongok) yang dicapur dengan mako (bekatul). Dua bahan itu dicampur dengan air kedalam ember atau baskom kemudian diberikan ke sapi perahan. Lolohan sangat membantu sapi dalam meningkatkan produksi susunya.

Sore ini, saya berkunjung ke kandang Pak Oha, kakak ipar saya. Pak Oha memiliki empat ekor sapi perah. Yang sedang produksi susu dua ekor, yang sedang hamil satu ekor, dan yang anakan satu ekor.

Ketika saya datang, Pak Oha sedang memerah susu kedua sapi perahnya. Kandangnya cukup resik dan luas.Di kalangan peternak sapi Pak Oha terkenal sebagai peternak yang rajin dan telaten.  Luas kandang sekitar 7 x 5 meter, dengan dua kamar yang masing-masing kamar berisi dua ekor sapi. Di depan kandang sapi sengaja ditanami Tiwun, sejenis rumput gajah.


 
Pak Oha sedang memerah susu sapi (Foto: Ahmad)

Dalam sehari Pak Oha memerah sapi dua kali, pagi dan sore. Pagi hari sekitar jam 5 pagi beliau sudah ke kandang. Membersihkan kandang dari kotoran sapi. Kotoran sapi tidak dibuang sembarangan, tapi ditampung dipenampungan khusus, ketika sudah kering bisa dijadikan pupuk. Setelah membersihkan kandang Pak Oha memandikan sapi, pertama dengan air dingin, kemudian dengan air hangat. Tujuannya adalah supaya sapi menjadi bersih ketika diperah, jadi tidak ada kotoran yang jatuh ke dalam susu perahan.

Tanaman Tiwun (Foto: Ahmad)

Ketika memerah susupun ternyata tidak sembarangan lho! Ada cara-cara khusus agar si sapi tidak merasa sakit dan memberontak. Bagi yang tidak terbiasa maka memerah sapi akan begitu sulit, memerlukan tenaga yang besar, yang akibatnya si sapi tidak nyaman dan berontak. Saya pernah mencobanya, ternyata susah sekali. Jari-jari tangan saya tidak terbiasa menarik puting-puting susu sapi.

Dalam sekali perah Pak Oha mendapatkan 8 - 15 Liter. Hasil perahan di waktu pagi biasanya lebih banyak bila dibandingkan perahan di waktu sore. Mungkin karena kalau malam si sapi beristirahat jadi produksi susunya banyak.

Susu hasil perahan kemudian dimasukan ke Bees, yaitu semacam tempat susu yang terbuat dari aluminium. Bees yang sudah terisi susu kemudian dibawa ke koperasi penampungan susu untuk dileter. Para petani yang menyetorkan susunya adalah anggota koperasi penampungan susu tersebut. Ketika mereka menyetor susu ke koperasi, maka ada petugas yang mencatat perolehan susu tiap peternak saat itu. Para peternak sapi itu akan dibayar dua minggu sekali sesuai perolehan susu selama dua minggu.



Setelah dileter susu kemudian dimasukan ke mobil tanki (Foto: Ahmad)

Susu hasil perahan peternak itu kemudian diangkut dengan mobil tanki khusus susu dan dibawa ke koperasi pusat yang ada di pasar. Mungkin selanjutnya dibawa ke pabrik-pabrik pengolah susu, yang kemudian jadi susu-susu kemasan yang biasa kita beli di warung atau toko-toko.

Kalau melihat sekilas mungkin kita akan sedikit under estimate dengan para peternak sapi perah itu. Penampilannya yang kucel ketika di kandang (ya iyyaalah, masa di kandang dasian), berkubang kotoran sapi, bau, dll. Tapi ternyata pengasilan mereka dalam sebulan lumayan lho! Rata-rata penghasilan mereka dari hasil perahan susu sapi bisa sampai 5 juta per bulan. Belum lagi aset dari sapi perah tersebut. Wuih. Makanya kalau ada keluarga yang punya sapi perah banyak dijamin dia jadi orang terpandang di daerahnya.

Alhamdulillah, keluarga istri saya semuanya memiliki sapi perahan. Ada yang dua ekor, ada juga yang enam ekor. Dari hasil perahan susu tersebut mereka bisa membangun rumah, membeli motor, menyekolahkan anak-anaknya. Bahkan anak Pak Oha yang sulung  telah lulus sekolah pertanian dan sekarang sedang bekerja di Jepang. Alhamdulillah

Dari jalan-jalan ngabuburit ke kandang sapi, setidaknya saya belajar tentang ke gigihan, kesabaran dan keistiqomahan dalam berjuang untuk hidup. Kegigihan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam ikhtiar menjemput rezeki-Nya.


Langit memerah didiringi bedug dan adzan magrib. Selamat berbuka semua!

Kamis, 25 Juni 2015

Sahur; Hidangan Penuh Berkah


Anak pertama saya Hasya, alhamdulillah Ramadhan tahun ini cukup "serius" menjalankan puasanya. Saya katakan serius karena puasanya sempurna dari imsak hingga bedug magrib. Tidak seperti taun-tahun sebelumnya; pagi puasa, siangnya buka, setelah itu kembali puasa, nanti waktunya ashar buka lagi, terus puasa lagi hingga magrib tiba.


Tapi saya maklumi itu, Hasya masih kecil. Sekarang usianya mau 7 tahun. Sudah mau masuk SD. Di delapan hari Ramadhan ini Hasya baru sehari batal, itu di hari kedua. Mungkin karena belum terbiasa. Hari-hari selanjutnya Alhamdulillah lancar. Dia main seperti biasa tanpa merengek-rengek lagi minta makanan.

Dari sekian aktifitas selama Ramadhan, waktu sahurlah yang kelihatan begitu susah Hasya lakukan. Sebagai orang tua, kami rada kesulitan ketika membangunkan dia untuk makan sahur. Mungkin (dan emang pasti) masih ngantuk dan udara dingin (maklum Lembang bro). Dibutuhkan waktu setengah jam untuk bisa membangunkan Hasya.

Masalah susah melaksanakan sahur sebenarnya bukan cuman masalah anak-anak belaka. Orang dewasapun tak jarang begitu malas untuk bersantap sahur. Saya pun demikian. Diperlukan niat ekstra kuat dan ilmu untuk bisa dengan ringan bangun untuk bersantap sahur. Syukur-syukur kalau kita bangunnya beberapa jam ke santap sahur, jadi kita bisa Qiamulail dulu, tilawah dulu.

Pentingnya makan sahur bukan hanya terletak di makan dan minumnya saja yang akan menguatkan puasa di siangnya, tapi juga keberkahan dan keutamaan yang terkandung di dalamnya.

Dikutip dari berbagai sumber, saya coba tuliskan tentang pengertian sahur dan keutamaannya buat kita semua, semoga bermanfaat.

Sahur berasal dari kata sahar, yang artinya akhir malam, atau waktu menjelang subuh. Lawan katanya ialah ashil, akhir siang. Adapun secara istilah Sahur adalah segala sesuatu yang dikonsumsi pada waktu sahur, baik itu berupa makanan, susu, tepung (dan sebagainya).

Pada awalnya, perintah puasa adalah sama dengan apa yang ditetapkan bagi Ahlul kitab, yaitu tidak makan, minum, dan berhubungan badan setelah tidur (diwaktu malam). Artinya jika salah seorang diantara mereka tidur, maka dia tidak makan, minum dan berhubungan badan  sampai malam berikutnya. Dan setelah di nasakh, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam memerintahkan untuk sahur sebagai upaya untuk membedakan antara puasa kita dengan puasa Ahlul Kitab.


Dari Amr' bin al 'Ash Radhiallahu'anhu, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Perbedaan antara puasa kita dengan puasa Ahlul kitab terletak pada makan sahur." 


Banyaklah hadits nabawi yang menyebutkan kalau Nabi saw. sangat menganjurkan umatnya untuk makan sahur ketika mengerjakan puasa, diantaranya adalah :

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu.” (HR. Ibn Abi Syaibah, Abu Ya’la dan  al-Bazzar)

Dalam riwayat lain, beliau juga bersabda, “Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah.” (HR. Bukhâri dan Muslim)

Beliau juga bersabda, “Sahurlah kalian walaupun dengan seteguk air.”(HR. Abu Ya’la)

Keberadaan sahur sebagai barakah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menguatkan dalam puasa, menambah semangat untuk menambah puasa karena merasa ringan orang yang puasa.

Makanan Sahur, makanan yang diberkahi (ilustrasi)

Dengan makan sahur juga berarti kita telah menyelisihi Ahlul Kitab, karena mereka tidak melakukan makan sahur. Oleh karena itu Rasulullah saw. menamakannya dengan makan pagi yang diberkahi sebagaimana dalam dua hadits al-Irbath bin Syariyah dan Abu Darda ra: “Marilah menuju makan pagi yang diberkahi, yakni sahur.”



Waktu sahur adalah saat-saat yang berkah karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur. Mungkin barakah sahur yang tersebar adalah karena Allah akan meliputi orang-orang yang sahur dengan ampunan-Nya, memenuhi mereka dengan rahmat-Nya, malaikat Allah memintakan ampunan bagi mereka.


Disunnahkan mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar. Nabi saw. dan Zaid bin Tsabit ra. melakukan sahur, ketika selesai makan sahur Nabi saw. bangkit untuk sholat subuh, dan jarak (selang waktu) antara sahur dan masuknya sholat kira-kira lamanya seseorang membaca lima puluh ayat di Kitabullah.

Naahh, setelah tahu keutamaan dan keberkahan sahur masihkah kita bermalas-malasan? Seorang muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan pahala yang besar ini. Bersantap sahur sejatinya menyantap hidangan keberkahan dari Allah SWT.


Rabu, 24 Juni 2015

"Menggoda" Tuhan di Ramadhan

"Menggoda" Tuhan di Ramadhan. Entah kenapa kalimat itu tiba-tiba muncul di pikiran saya, saat bermotor ria pulang dari kantor sore tadi. Mungkin itu kalimat dari pemahaman "nakal" saya tentang konsep Taqarrub ilallah. Dengan menggunakan bahasa yang nakal saya cuma ingin menyampaikan bahwa setiap kita bisa dekat dan "bermesraan" dengan Tuhan, Allah Swt.

Jika dengan seseorang yang kita sukai, kita bisa mati-matian berusaha mendapat perhatiannya. Kenapa dengan Allah kita tidak mati-matian berusaha mendapatkan perhatiannya? Meskipun sesungguhnya Allah Maha Perhatian kepada kita. Jika dengan seseorang yang disukai kita begitu besar harap mendapat kebahagiaan, kenapa kepada Allah kita tidak berharap bahagia? Sejatinya Allah sumber kebahagiaan kita dalam hidup.

Ketika kita mengharapkan perhatian dari makhluk, maka siap-siaplah kecewa. Karena yang namanya makhluk pasti terkena yang namanya lupa. Makhluk yang kita harapkan perhatiannya belum tentu setiap saat bisa memperhatikan kita. Mungkin dia lupa nama kita, mungkin dia lupa tempat tinggal kita, dia lupa nanyain kabar kita, dia lupa tanggal lahir kita jadi ga sempat ngucapin selamat ulang tahun, dan lupa-lupa yang lain sebentuk keterbatasan makhluk.

Jika kita mengharapkan bahagia akan diberikan makhluk, maka siap-siaplah kecewa. Karena makhluk yang kita harapkan bisa memberikan kebahagiaan ternyata juga memiliki kelemahan. Boleh jadi dia yang kita harapkan memberikan kebahagiaan ternyata malah memberikan kita kekecewaan dan sakit hati.

Kebayangkan, ketika kita berharap mendapat perhatian, ketika kita berharap kebahagiaan dari dia, ternyata hanya kekecewaan yang di dapat. Kalau kata si Ceuceu Cita Citata-mah " sakitnya tuh di sini", cieee :D

Jika saja kita mau jujur, ternyata kita jarang banget mencuri perhatian Allah Swt. Kalau benar kita cinta kepada-Nya, seharusnya memang kita sering mencuri perhatian-Nya agar Dia suka kepada kita. Sebagaimana kerasnya kita mencoba mendapat perhatian makhluk seharusnya kita lebih keras lagi dalam mendapat perhatian Allah Swt.

Mumpung sekarang Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Bulan dimana yang sunnah diganjar setara yang wajib, yang wajib berlipat ganda pahalanya. Inilah saatnya kita mencari perhatian Allah, inilah saatnya " menggoda" Tuhan kita dengan amal-amalan yang Dia cintai.

Majelis Ilmu

Memang sih, Allah Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri perhatian-Nya pun Allah tahu apa maksud kita. Apa yang saya tulis di atas sekadar ungkapan saja kalau kita pun bisa membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat. Aktivitas mulia penuh pahala dan taat syariat-Nya, sudah cukup menarik perhatian Allah kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.

Cuman, daripada kita ngabisin waktu, buang-buang energi, dan mengharapkan sesuatu dari makhluk yang belum tentu terwujud, ya mending mengejar sesuatu yang pasti. Apalagi Allah fasilitasi kita dengan Ramadhan yang mulia ini.

Ramadhan baru seminggu, masih ada tiga minggu lagi. Masih ada waktu. Yuk, kita sama-sama mencari dan mencuri perhatian Allah. Yuk, kita sama-sama "menggoda" Tuhan kita dengan ibadah-ibadah yang dicintainya.



Tilawah

Ketika kita mencari perhatiannya dengan sungguh-sungguh, ketika kita "menggoda"-Nya dengan penuh cinta, maka Dia akan mencintai dengan cinta yang lebih besar dari cinta kita kepada-Nya. Cinta yang tak pernah mengecewakan.

Lupakan yang melupakan. Tinggalkan yang meninggalkan. Abaikan yang melalaikan!

Siapkah kita jadi "penggoda" Tuhan di Ramadhan?

Minggu, 21 Juni 2015

Milad, Sufi Koplak dan Aktor Tak Tercerahkan

“... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu...” (al-Mâidah. 5:3)


Alhamdulillah, hari ini tepatnya tanggal 21 Juni 2015, saya milad yang kesekian :) Dari sekian banyaknya nikmat yang disyukuri saya adalah nikmatnya ber- ISLAM. Nikmat yang tiada taranya.

Sungguh, Allah telah memilihkan bagi saya agama yang kokoh dan sempurna dalam segala urusan, diantaranya; masalah aqidah, ibadah, muamalah, akhlaq, politik dan sebagainya. Jadi, nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?

Kemarin, saya baca status seseorang di medsos yang mengatakan bagi dia agama adalah ibarat pakaian. Laiknya pakaian apabila sudah bosan atau usang maka bolehlah berganti pakaian. Malah parahnya lagi, kalau memang tidak berpakaian akan lebih baik maka tidak usahlah berpakaian. Dengan telanjang kita akan menemukan kesejatian, itu kata dia. Iya gitu? Sepertinya dia sudah jadi sufi :D

Saya bukan orang soleh atau pinter. Tapi ketika agama dianggap pakaian yang dengan mudah dan ringan bisa dibuka, diganti, atau malah dilepas permanen, kok malah bingung ya. Saya yang oon atau dia yang sok pinter padahal sebenarnya koplak?

Bagi saya pribadi agama bukan saja sebagai identitas tapi juga tujuan dalam beraktifitas (ibadah). Agama adalah sistem nilai yang membuat norma-norma, dimana norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianut.

Dengan beragama memberikan saya kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi, rasa sukses dan rasa puas. Sudah fitrah manusia membutuhkan agama, sudah dari sononya kita diciptakan dengan kecenderungan beragama. Agama memiliki fungsi yang vital, yakni sebagai salah satu sumber hukum atau dijadikan sebagai norma. Dengan beragama kita jadi punya acuan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.



Tinggal masalahnya adalah benarkah agama yang saya anut? Saya tidak sedang membicarakan perbandingan agama di sini. Saya hanya akan membicarakan agama yang saya anut dan yakini, serta syukuri. Islam.

Sebagaimana kalimat di awal betapa nikmat yang paling saya syukuri di hari milad kali ini adalah nikmatnya ber-Islam. Sebuah agama yang sempurna, komplit dan tanpa cela. Sehingga tidak perlulah saya berganti "pakaian" ini dengan "pakaian" lain. Atau malah melepasnya permanen, sepertu status sufi koplak di atas. Atau seperti aktor (yang katanya) kawakan yang memutuskan murtad karena sudah "bosan" dengan agama ini. Kasihan aktor itu, di film jadi " Sang Pencerah", tapi hidupnya tidak tercerahkan.

Tapi kita hargai itu. Itu pilihan hidupnya. Sebab sudah jelas yang benar itu benar, yang buruk itu buruk. Jangan pernah terpengaruh dengan propaganda kaum SEPILIS yang mengatakan semua agama benar! Pemikiran yang koplak!

"Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi." (Ali ‘Imrân. 3:85)


Cukuplah kiranya ayat surat Ali Imran ayat 7 ini jadi doa dalam milad saya kali ini, semoga jadi doa kita semua.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّا

Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Min-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)

Aamiin.





WAJIB TAHU! INILAH CARA MENGETAHUI MADU YANG ASLI

Cara membedakan madu yang asli Meski madu bisa dibeli di banyak tempat, nyatanya tidak semua madu yang ditawarkan adalah madu asli. Banyak o...