Selasa, 17 November 2015

Berolahraga Tanpa Melupakan Usia

PERNAH dengar atau baca kalimat Mens sana in corpore sano?Ya, kalimat itu sesungguhnya adalah ungkapan seorang pujangga Romawi bernama Decimus Iunius Juvenalis dalam sebuah karya sastranya berjudul Satire X, ditulis sekitar abad kedua Masehi. Karya sastra Decimus sejatinya berisi sindiran-sindiran konyol terhadap perilaku masyarakat Romawi kala itu.

Kalimat lengkapnya adalah Orandum est ut sit mens sana in corpore sano, artinya adalah apa yang seharusnya diminta ialah jiwa yang sehat berada dalam badan yang sehat. Seiring berjalannya waktu kalimatnya jadi tidak utuh, hanya menyisakan Mens sana in corpore sano. Kemudian hari kalimat ini dijadikan jargon untuk bidang olahraga dan kesehatan dunia. Di Indonesia sendiri Mens sana in corpore sano diartikan di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.


Eits, ngomong-ngomong tentang sehat, saya pengen ngebahas masalah olahraga. Olahraga kan bikin sehat, iya ga? Ini mengenai saya, juga teman-teman kantor. Kami adalah kumpulan terbuang..., eh kumpulan manusia yang bekerja nyaris 24 jam di depan komputer. Kebayang kan, geraknya cuman jari doang, sesekali mulut yang gerak. Nguap!

Menyadari itu. Kami akhirnya memutuskan berolahraga. Olahraga yang diambil – dengan berbagai pertimbangan- adalah badminton. Lapangannya lumayan dekat dengan kantor. Tiap rabu malam, selepas magrib kita main sampai jam 9 malam.

Lumayan berkeringat, capek. Selebihnya kita capek karena terbahak ha..ha..ha... Permainan asal tepak, asal jingkrak. Motto kami yang terkenal adalah Yang Penting Gaya! Kan tujuannya juga olahraga! Gaya permainan kami jangan dibayangkan seperti atlit badminton. Karena postur dan berat badan sangatlah jauh dari ideal he..he..he...

Cuman kemudian, masalahnya timbul ketika selesai badminton, terutama esoknya. Badan terasa pegal-pegal, otot tegang, terkilir, dan lain sebagainya. Meski tadinya beranggapan itu mungkin efek karena kita jarang gerak, tapi ketika itu rutin terasa kami jadi bertanya; apakah ada yang salah? Mungkinkah berat badan? Kurang pemanasan? Atau usia yang berpengaruh? Saya menaruh kecurigaan pada faktor terakhir ini!

Iseng-iseng searching. Dan, jreng..jreeng!  Dugaan saya ternyata benar. Kami, para  Ayam Kremes ( Ayah muda keren dan bikin gemes) rata-rata usia menjelang empat puluhan, kurang cocok dengan olahraga badminton. Olahraga bandminton memerlukan gerak energik, tenaga, dan stamina yang lumayan. Sedangkan kami, ya ampun naik tangga aja udah ngos-ngosan.


Ayam Kremes. Atlit badminton yang ga banget

Dari laman yang saya buka ternyata kita mesti mempertimbangkan usia ketika kita memilih olahraga yang akan diambil. Karena semakin tua usia kita, maka tenaga, kelenturan otot, dan gerak tubuh lainnya akan berkurang. Semakin tua usia kita maka olahraganyapun diperlukan yang geraknya santai, tidak menguras tenaga.

Masuk usia 30-an, olahraga adalah sebuah keharusan. Meski begitu kita tetap mesti sadar diri untuk tidak memaksakan ikut olahraga yang sifatnya kompetitif. Yang slow aja, toh tujuannya sehat, iya kan?

Berikut ini tips memilih jenis olahraga berdasarkan usia yang saya rangkum dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

1. Usia 20-an
Dekade ini sering disebut sebagai puncak metabolisme manusia dimana seluruh fungsi tubuh bekerja dalam kapasitas yang optimal. Pada usia ini semua jenis olahraga tidak menjadi masalah, baik high impact, low impact, maupun yang bersifat kompetitif sekalipun. Tinggal pilih olahraga yang disukai, kemudian berlatih yang baik agar terhindar dari inefisiensi saat beroahraga.

2. Usia 30-an
Ini usia dimana kita rentan terhadap bahaya saat berolahraga. Ini dikarenakan kebanyakan dari kita masih menganggap tubuh kita masih kuat dan bugar layaknya usia 20-an (ga nyadar!). Padahal fungsi organ tubuh kita banyak yang sudah mengalamai perubahan.
Di usia inilah kita mesti selektif memilih olahraga. Ada baiknya memilih olahraga yang lebih berkonsentrasi pada kebugaran kardiovaskular. Olahraga yang dianjurkan adalah bersepeda, berlari, jogging, berenang jarak menengah. Bisa juga dicoba yoga, tai chi ataupun pilates.



Jogging salah satu alternatif olahraga
3. Usia 40 – 50-an
Di usia ini olahraga yang bersifat high impact dan kompetitif sudah tidak memungkinkan. Dianjurkan memilih olahraga yang bertujuan untuk menjaga semua fungsi tubuh dengan baik. Yoga, tai chi, plates, dan senam kesegaran adalah pilihan terbaik untuk usia ini. Bisa juga diselingi dengan berjalan kaki, sepeda santai, dan berenang jarak pendek.

4. Usia 60-an
Di fase usia ini, kita mesti hati-hati dalam bergerak. Jangankan olahraga, aktivitas fisik sederhana saja, berjalan misalkan, bisa memberi dampak buruk bila tidak dilakukan dengan cermat. Itu karena kondisi tulang dan sendi kita di usia ini sangat rentan dan perlu diperlakukan dengan hati-hati.
Memilih untuk tidak bergerakpun adalah pilihan yang berbahaya. Karena jika tidak bergerak, pengeroposan tulang dan penurunan fungsi oragan tubuh akan mudah terjadi.
Jenis olahraga yang cocok untuk usia ini adalah Yoga. Yoga sangat efektif untuk memberikan stimulasi fisik bagi tubuh.


Yoga cocok untuk usia di atas 60 tahunan

So, berapapun usia kita usahakan tetap berolahraga. Biar tetap sehat, tetap ceria, tetap gaya. Sesuai motto: Yang Penting Gaya!





8 komentar:

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

WAJIB TAHU! INILAH CARA MENGETAHUI MADU YANG ASLI

Cara membedakan madu yang asli Meski madu bisa dibeli di banyak tempat, nyatanya tidak semua madu yang ditawarkan adalah madu asli. Banyak o...