Tuturahmad.com - Suatu kebanggaan bagi
seorang blogger jika tulisannya ada yang membaca, mengomentari bahkan
membagikannya dengan yang lain. Ciri postingan yang baik adalah berisi
informasi aktual, penting, berguna, unik, menarik, dan memenuhi nilai sebuah
berita. Postingan seperti ini yang memancing orang untuk membaca, mengomentari
dan membagikannya.
Lantas bagaimana kalau
kita sudah panjang lebar menulis, sudah banyak bikin artikel tapi jangankan
dibagikan, dikomentari juga tidak, atau jangan-jangan tidak dibaca pula.
Tragis.
Ilustrasi; http://www.freepik.com/ |
Banyak blogger pemula
bahkan yang sudah senior sekalipun yang merasa heran mengapa postingannya minim
komentar dan tidak menjadi sesuatu yang layak dishare.
Setidaknya ada beberapa hal yang mungkin bisa jadi penyebab kenapa tidak ada yang mengomentari/menanggapi
dan men-share postingan kita.
1. Postingan
Tidak Unik dan Kurang berkualitas
Sebagian besar orang suka membaca artikel
atau tulisan yang memberikan input
pengetahuan atau informasi baru kepada pembaca. Dengan membaca postingan dari
web mereka berharap menemukan apa yang mereka cari, minimal mereka menemukan
sesuatu yang baru.
Perlu kita ketahui, ketika
seseorang menemukan sesuatu yang unik dan baru maka kecenderungan orang adalah
menshare apa yang mereka temukan itu ke orang yang mereka kenal. Dengan begitu
dia mengharapkan akan ada kesamaan topik obrolan dan cara pandang dengan apa
yang mereka temukan.
2. Kurang Memiliki Hubungan Pribadi
Berapa banyak teman-teman kita di media sosial? Dan apakah kita memiliki hubungan yang kuat dengan mereka?
Seakrab apa kita dengan mereka?
Nah, hubungan pribadi yang kuat atau
pertemanan yang kuat akan melahirkan kepercayan. Tidak terkecuali di dunia
maya.
Kebayangkan, kalau kita
posting sebuah artikel di blog terus kita share ke media sosial maka teman-teman
kita yang banyak itu, yang akrab itu, dan yang percaya sama kita itu akan
dengan suka hati men-share ulang postingan itu ke orang lain. Bisa jadi viral
tulisan kita.
Mungkin kini saatnya kita
luangkan waktu antara 30 menit – 1 jam untuk berinteraksi dengan follower.
Mengunjungi blognya, berkomentar dengan berkualitas, dan ikut men-share
tulisannya, menanyakan kabar via pesan singkat atau email.
3. Hanya Berbagi Link Tidak Berbagi Info
Ada kebiasaan blogger yang
menurut saya keliru dalam membagikan postingannya. Entah ingin cepat, praktis
atau apa, ketika mereka membagikan postingannya melalui media sosial, mereka
hanya mencantumkan link artikelnya saja. Itupun dengan permalink yang terputus
karena judulnya kepanjangan. Tidak ada pengantar yang menerangkan ini link apa.
Apakah orang yang kita
kirimi link itu akan mengerti? Belum tentu.
Orang zaman sekarang
‘dipaksa’ sibuk dengan keadaan, dengan teknologi. Mereka seakan tiba-tiba tidak
punya waktu untuk sekedar membuka link yang tidak jelas.
Jadi, alangkah baiknya
ketika kita membagikan link postingan di media sosial diiringi dengan
penjelasan singkat isi dari tulisan. Buat kalimat yang seolah-olah postingan
ini adalah tulisan yang dia harus membacanya. Kemudian, akhiri dengan kalimat
tanya yang membuat orang penasaran dan mau membuka linknya.
4. Tidak
Memiliki Komunitas
Mending mana, berjualan
sendirian di pinggir jalan atau berjualan di pasar?
Saya sih pilih berjualan
di pasar. Kalaupun warung kita sepi tapi kita masih ada peluang limpahan
pembeli dari warung tetangga sebelah. Kalau warung sebelah ramai, biasanya
kerumunan pembeli akan melirik juga barang dagangan kita. Apa lagi kalau kita
akrab dengan si pemilik warung yang ramai itu, maka bisa jadi si pemilik warung
itu akan ikut merekomendasikan barang dagangan kita yang memang tidak ada di
warungnya.
Seorang blogger kudu
memiliki komunitas, grup, atau apalah namanya. Tempat saling berbagi link
postingan, berkomentar, dan berdiskusi tentang blog.
Kalaupun blog kita sepi,
minimal kita akan dapat kunjungan dan komentar dari teman sendiri sesama
anggota grup blogger. Syukur-syukur postingan kita bagus, dan teman grup pada
baik hati mau men-share ulang postingan kita.
5. Penuh
Kata-kata Berat
Dulu, saya punya teman
sekantor yang memiliki blog personal. Blognya sudah berumur lama, tulisannya
sudah banyak. Tapi anehnya begitu anyep. Sepi. Dari tiap postingan yang saya
baca tidak ada satupun komentar atau jejak share dari orang lain.
Karena kasihan, saya coba
memberi komentar: “Luar biasa!” Saya sendiri tidak tahu apa maksud saya memberi
komentar dengan kata “Luar biasa” itu. Luar biasa sepi mungkin, hehehe.
Beberapa bulan ke
belakang saya coba buka link blognya,
ternyata blognya sudah dihapus.
Kalau saya ingat-ingat,
memang blognya itu memiliki gaya bertutur yang baku, kadang berima, dan
memiliki kata-kata berat. Banyak istilah luar negerinya gitu. Saya sendiri
harus membaca ulang dan butuh waktu untuk bisa memahaminya.
Bisa dibayangkan,
bagaimana saya akan membagikan ulang postingan itu jika saya sendiri tidak
mengerti apa yang dia tulis. Tidak mengerti ini tulisan bagus atau tidak?
Nulis di blog itu tidak
seperti nulis paper, journal atau skripsi, sob.
Menulislah dengan gaya
yang lugas, ringkas, dan mudah dipahami. Gunakan bahasa yang sederhana. Pembaca
menikmati tulisan bergaya percakapan, tanpa bertele-tele. Usahakan menulis
dengan gaya berbicara kepada pembaca. Jangan buat bingung pembaca dengan jargon
dan akronim atau istilah teknis lainnya.
O iya, perhatikan juga
typographi dalam menulis. Usahakan diedit dulu sebelum dipublish. Konten
sebagus apapun akan kurang nilainya jika banyak salah tulis.
Mungkin hanya ini yang
bisa saya tulis dan share. Semoga tulisan sederhana ini bisa dimengerti dan
bermanfaat buat yang nulis terlebih buat yang membaca.
Nah, apakah tulisan ini
layak dikomentari dan di-share?